Selasa, 20 Mei 2008

Secuplik KIsah TAA


TAA

Tamasya Ke TAA

Sebenernya bukan tamasya si, karena tempat yang kita tuju bukan suatu objek wisata masyarakat umum. Tempat yang kita kunjungi adalah mega proyek pelabuhan internasioanl tanjung api-api..pernah denger? Yup proyek yang lagi di usut ma KPK. Tapi meski kita adalah segerombolan wartawan tp kedatangan kita ke proyek yang ga jelas kapan selesainya ini ga ada kaitannya sama sekali dengan liputan kewartawanan kita. Kita pure Cuma mo jalan2..mungkin bagi sebagian orang akan aneh, jalan2 kok ke TAA, pa yang mo diliat? Awalnya memang akan pertanyaan seperti itu dan itu lazim karena proyek ini sangat jauh sekali..bisa memakan waktu mpe dua jam untuk nyampe ke lokasi dan tanpa ada objek menarik sama sekali kecuali tanah merah dan truk pengangkut..
Ide awalnya ke tempat ini karena kita penasaran dengan pelabuhan yang akan di bangun, terlebih dengan kata laut di sumsel, sumsel punya laut? Itu yang pengen kita buktiin. Kita berangkat jam ½ 10 pagi, sabtu (17/5) dengan menumpang mobil kijang kapsul ijo punya kak dedi, wartawan sripo. Ikut dalam rombongan selain g sendiri, ada kak ipan, wartwan transparan beserta sang kekasih yuk rini, lalu kak joni, wartwan sentral post beserta istri. Jalan pertama yang kita lewati, masih aspal item, lalu mulai masuk jalan coran beton, kemudian mulai ketemu dengan para pekerja yang sedang menyelesaikan pekerjaaan, satu jam perjalanan kita mulai masuk tanah merah. Tiap truk lewat akan meninggalkan jejak asap debu yang membuat mobil kita tenggelam dalam asap debu tersebut (bayangin kaya kita naek pesawat, nembus awan, keluar, masuk awan lagi, gitu lah kira2). Perjalanan yang sulit untuk di gambarkan karena awalnya kita ga berfikir jalan yang akan kita tempuh separah ini. Kita melwati kurang lebih enam, jembatan yang tampaknya asal di bangun.
Singkat cerita kita udah mo nyampe di proyek tanjung api-api tp, ternyata jalan yang kita pilih salah. Jalan tersebut mang menuju TAA tp masih putus, hutan mangrove yang sempat di permasalahin masih membentang di depan. Akhirnya kita puter balik dan belok ke kiri dari tikungan terakhir yang kita lewati. Ga ada plang apa2 pun yang bisa di jadiin tanda jalan. Pake feeling akhirnya tepat jam 12.00 siang kita nyampe di dermaga 17 yang sempat di kira orang adalah pelabuhan TAA. Berjarak sekitar 1 hektar didepan kita ada apa yang disebut orang dengan laut. Tp laut disini beda banget dengan laut kaya di lampung yang pantai gt. Disini lautnya dimulai dari hutan bakau, aer payau, yang dibilang laut itu justru berwarna coklat kemudian baru beberapa meter kedepan berwarna biru. G sulit untuk mengambarkan perjalanan tersebut karena bakalan panjang banget. Tapi satu hal yang g mw bilang, sangat g sayangkan proyek ini tampaknya tak ramah lingkungan. Pepohonan sepanjang tanah merah merubah warna jadi coklat, pohon itu hidup segan mati tak mau. Tp biar bagaimana pun, proyek ini juga menjadi sumber penghidupan bagi sebagaian orang. Hidup mang dua sisi.

Senin, 12 Mei 2008

S.O.S Need Friend to share

hm.. ya inilah yang g rasain beberapa waktu belakangan ini. g butuh banget temen untuk share all the things..tepatnya sebenernya g lagi butuh temen untuk berdiskusi tentang semua hal yang lagi terjadi di dunia ini. baik dalam lingkungan terdekat sekitar g mpe hal-hal yang jauh dari jangkauan g.
menjadi wartwan harusnya g bisa lebih peka terhadap hal yang terjadi di sekitar g, g mestinya bisa lebih kritis dengan apa yang terjadi. tp knyataannya ..g malah makin apatis,entahlah ga mau tahu atau g malah jadi ga tau apa2.. g sebagai wartwan olahraga..seharusnya bisa mengupas permasalahan olahraga tidak hanya soal pertandingan tiap cabor tapi ada masalah lain yang mestinya bisa g bahas sesuai dengan fungsi media as kontrol sosial (katanya..) tp g belum bisa melakukan itu..otak g ini berasa blank..pekerjaan g cuma semacam rutinitas yang mulai menjemukan. g tahu bukan seperti ini pekerjaan yang seharusnya g lakuin. masih banyak hal lain yang mestinya bisa g lakuin sesuai dengan tuntutan profesi g. balik lagi, g ngerasa ngblank untuk melakukan apa2, rutinitas "menyalin"berita dari nara sumber bukan menganalisis berita dari narasumber udah ngebuat otak g makin tumpul.udah ga pernah tajem malah makin tumpul. g butuh temen untuk mengasah otak g, g butuh temen yang bisa diskusi.
g ngerasa apakah karena terlalu cape dengan pekerjaan sehingga g juga jadi males untuk tahu lebih banyak.terlalu cape mungkin bukan alasan yang tepat, malas mungkin lebih tepat. tp rasanya kemalasan itu berawal dari rasa cape. terlalu cape sehingga membuat g males untuk tahu masalah lain. g sekarang cm seolah ke fokus untuk tahu masalah SFC dan berita olahraga lokal lainnya. padahal banyak banget masalah lain yang mesti g tahu.g ingin keluar dari pusaran ini.g ingin bercerita, g ingin berdiskusi.g ingin otak g ini ada isinya yang lain.g bener2 berasa otak g ini kosong. g ga mau ujung2nya jadi tong kosong nyaris bunyinya.

Kamis, 08 Mei 2008

kenangan Artomoro



foto ini diambil sekitar juni 2007,jauh sebelum ditutupnya artomoro. jalan2 terakhir sebelum pindahan ke palembang. foto ini ditemukan kembali pas lagi iseng ngebongkar CD2 lama..
dulu alasan foto di depan arto cuma buat kenangan karena ni pertokoaan pertama yang g dan ortu g tau pas pindahan ke lampung. di arto ini tempat g beli ikat pinggang item untuk propti kuliah tahun 2002 lalu,
ceritanya malam sebelum propti g baru nyadar ga punya ikat pinggang item, karena cuma taunya arto sebagai tempat belanja yang buka mpe jam sembilan, maka jam 8 malaman gitu g ma ortu ke t4 yang sekarang udah ditutup ini..
berfoto disana karena akan pindahan dan belum tentu bisa maen ke lampung lagi.. dan ternyata foto ini beneran jadi kenangan keberadaan artomoro. karena terakhir g kelampung lagi, maret 2008. pertokoaan ini kabarnya udah di tutup..arto tinggal kenangan.